Rabu, 22 Oktober 2014

SOWAN KE TROWULAN V


Bejijong, 11 November 2012


      Hari masih begitu muda ketika kami terpaksa bangun dari tidur yang sebentar, karena kenyataannya saya tidak bisa tidur. Entahlah dengan mbak Fina hehehe... setelah selesai melakukan rutinitas pagi, kami segera mohon pamit kepada pengurus asrama dan pengurus - pengurus lainnya. Waktu itu masih pukul 6.30 pagi. Dan sepeda motor yang kemarin malam dijanjikan pun sudah disediakan, alhamdulillah... :D Tujuan pertama kami adalah situs Sitinggil, letaknya kira - kira 500 meter dari wihara, dengan sebuah peta dan ditunjang dengan motor, kami berhasil sampai di lokasi tanpa drama apapun hehehe... :D
       Situs ini berada di tengah - tengah kebun tebu, dan waktu kami ke sana, tebunya pas sedang tinggi - tingginya hehe... tapi untuk akses jalan sudah baik, cukup lebar untuk dilewati mobil. Di sinilah kira - kira dikebumikan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Majapahit, Sri Kertarajasa Jaya Wardhana atau yang lebih dikenal dengan Raden Wijaya. Ada sebuah cerita mengenai kematian Raden Wijaya, beliau diriwayatkan mengalami moksa (meninggal tanpa meninggalkan jasad, moksa sebagai tujuan akhir dan pencapaian tertinggi pemeluk agama Hindu. Yaitu ketika jiwa seorang manusia yang meninggal akan menyatu dengan penciptanya dan tidak lagi mengalami proses renikarnasi kehidupan. Hal ini dikarenakan seseorang telah paripurna menjalankan ajaran dan telah bersih sempurna dari dosa dan ikatan duniawi). Sehingga bisa disimpulkan makam R. Wijaya di situs Sitinggil hanyalah identitas, di sinilah tempat R. Wijaya biasa melakukan penyepian semasa hidupnya. Kisah R. Wijaya mendirikan Majapahit bisa dibaca lagi di sini dan di sini.

PINTU MASUK*

SUMUR DI BAGIAN BELAKANG SAMPING KIRI

MAKAM SEBAGAI IDENTITAS*
   
      Selain makam R. Wijaya, terdapat pula dua buah makam yang masing - masing bertuliskan nama (lebih ke julukan/ nama samaran/ gelar) Sapu Jagad dan Sapu Angin yang tidak diketahui dengan jelas latar belakang sejarahnya. Menurut para penjaga situs, kedua makam tersebut dikeramatkan dan merupakan makam dari orang - orang sakti. Lalu apa hubungannya dengan R. Wijaya sehingga kedua makam ini berada satu lokasi dengan makam raja pertama Majapahit itu? Saya tidak sempat menggali terlalu dalam, mungkin diantara pembaca ada yang mengetahui tentang hal ini bisa meninggalkan komentar hehehe... :v


TIDAK DIKENALI DAN KERAMAT*

TIDAK BERANI MASUK
      Sayangnya kami tidak berani masuk ke area makam, waktu itu masih pagi sekali, belum juga pukul 7, susana masih sepi, tidak ada pengunjung lagi selain kami berdua, dan dua orang penjaga situs berada agak jauh dari jangkauan kami hehehe... Lagi pula suasananya begitu "sesuatu" sekali hehehe... :D Tidak diberlakukan tarif resmi untuk memasuki situs, tetapi ada sumbangan sukarela yang dimasukkan di semacam kotak. Semoga bisa digunakan untuk biaya pemeliharaan situs :)
       Perjalanan diteruskan ke candi Brahu, letaknya sekitar 1 - 2 km dari situs Sitinggil (bersyukur sekali dapat pinjaman motor) candi Brahu merupakan candi tempat pembakaran jenazah di masa lalu (empat raja Majapahit dikremasi disini, tetapi tentang siapa saja raja tersebut masih dalam taraf dugaan), tentunya saat ini sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat pembakaran, meskipun jumlah umat Hindu di Mojokerto merupakan minoritas di sini. Sama seperti situs Sitinggil, disini juga tidak dikenai tarif masuk, cukup menulis nama dan alamat di buku tamu dan memasukkan sumbangan sukarela. Bedanya dengan Sitinggil, di sekitar candi Brahu banyak terdapat warung makan dan jajanan, karena lokasinya juga ramai dan dilewati jalanan desa yang sudah diaspal. (jalan menuju Sitinggil masih berupa jalan tanah yang membelah kebun tebu)


AGAK MIRING

PENAMPAKAN MOTOR PINJAMAN

SILUET

CANDI BRAHU*
 
    Sfx: kruyukkk... (Bunyi apaan itu hehehe...) sepertinya kami mulai lapar, jam masih menunjukkan pukul 8 kurang (penyebutan waktu macam apa ini wkwkwk...) warung - warung masih tutup, yang buka hanya warung yang jual minuman saja ppffttt... akhirnya ketemu sama warung yang sepertinya jualan nasi (ciri - ciri warung yang menyediakan nasi adalah; terdapat bakul, terdapat tumpukan daun pisang, terdapat tenong berisi sesuatu) pas kami masuk eh ternyata itu bakul isinya gorengan tok rek... dan tenongnya isinya sambel petis ealah... wkwkwkwkkk... Ya sudah gak apa lah lumayan buat pengganjal perut kwkwkwk... :v
       Selanjutnya adalah candi Gentong (Membayangkan candi berupa gentong air raksasa yang ada tutupnya, tutupnya bentuknya mengerucut ke atas seperti kepala candi di candi Prambanan) Eits... ternyata salah... Candi Gentong bentuknya seperti ini.... (check it out) and check this out. 


MANA GENTONGNYA?

Tidak banyak uraian sejarah dari candi Gentong, entah dulu candi ini difungsikan untuk apa, dan sampai sekarang masih sulit untuk direka ulang bentuk utuh dari candi ini, karena saat ditemukan (untuk keduakalinya, penemuan pertama dikabarkan candi masih berbentuk tetapi tidak ada usaha pemeliharaan), candi ini sudah runtuh, hanya menyisakan bagian kaki candi saja tanpa ada sisa reruntuhan dari badan atau kepala candi, kemana gerangan batu - batu itu? ah... begitulah di negara ini (maupun negara lain) yang selalu saja hobi menjarah dan memperjual belikan peninggalan nenek moyangnya sendiri *sad*
     Usainya kunjungan di candi Gentong menandakan situs Trowulan di sisi barat sudah habis, kami melanjutkan kunjungan ke situs yang berada di sisi timur (pembatas barat dan timur adalah jalan raya Mojokerto - Jombang) sayonara... *\(^_^)/*


~(-_-)~~(-_-)~ B for Bonus ~(-_-)~~(-_-)~

R. WIJAYA DIWUJUDKAN SEBAGAI WISNU*
    
    Lambang Universitas Brawijaya menggunakan perwujudan R. Wijaya sebagai Wisnu. Brawijaya merupakan akronim dari Bhra (singkatan dari bhatara)  dan Wijaya. Bhatara Wijaya diidentikkan dengan Dyah Ranawijaya/ Bhatara Ranawijaya yang memerintah Majapahit sebagai raja terakhir (sebelum Majapahit dikuasai oleh kesultanan Demak) dengan pusat pemerintahan di Daha (Pusat pemerintahan Majapahit yang dipindah dari Trowulan ke Daha dengan alasan/ penyebab yang tidak saya mengerti {ketika itu Majapahit merupakan kerajaan kecil, tidak seperti sebelumnya}). Pemilihan nama Brawijaya adalah satu dari tiga pilihan nama yang diberikan oleh presiden Soekarno, diantara nama - nama tersebut adalah; Tumapel, Kertanegara dan Brawijaya.

>>>Folktale dari Tumapel - Singhasari - Majapahit<<<
>>>Siji<<< >>>Loro<<< >>>Telu<<<


*


PINTU GERBANG SELATAN BERBENTUK CANDI BENTAR*

PEDESTRIAN JALAN VETERAN
DIHIASI EMBLEM MAJAPAHAIT

EMBLEM MAJAPAHIT/ SURYA MAJAPAHIT
(PEDESTRIAN UNIV. BRAWIJAYA)



*

Note: Keterangan gambar dengan tanda (*) dari berbagai sumber di Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar