Keruntuhan Singhasari
Jayakatwang anak dari Kertajaya Raja Kediri, sesungguhnnya menyimpan dendam. Diam-diam ia menyusun strategi untuk merebut kembali kejayaan Kediri. Ia pun mengutarakan niatnya kepada seorang Akuwu di Madura, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja menyetujui dan menyarankan Jayakatwang membagi pasukan menjadi dua. Satu pasukan kecil menyerang dari utara, satu pasukan besar menyerang lewat selatan. Sehingga Kertanegara terkecoh.
Jayakatwang anak dari Kertajaya Raja Kediri, sesungguhnnya menyimpan dendam. Diam-diam ia menyusun strategi untuk merebut kembali kejayaan Kediri. Ia pun mengutarakan niatnya kepada seorang Akuwu di Madura, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja menyetujui dan menyarankan Jayakatwang membagi pasukan menjadi dua. Satu pasukan kecil menyerang dari utara, satu pasukan besar menyerang lewat selatan. Sehingga Kertanegara terkecoh.
Diluar perkiraan,
perkawinan politik Dyah Lembu Tal tidak sesuai rencana. Ia batal menjadi
permaisuri di Kerajaan Sunda. Karena suaminya Rakeyan Jayadarma meninggal
sebelum naik tahta. Akhirnya ia dan putranya Raden Wijaya pulang kembali ke Singhasari. Di sini ia dinikahkan dengan empat orang putri Kertanegara. Pesta
besar digelar di istana. Tapi kemeriahan pesta pernikahan berubah menjadi
kekalutan ketika seorang telik sandi mengabarkan ada penyerangan oleh
pasukan Kediri yang dipimpin Jayakatwang dari arah utara. Seketika Kertanegara menghentikan pesta dan mulai mempersiapkan perlawanan dari
serangan yang tiba-tiba ini. Mahapatih Singhasari waktu itu memerintahkan
pasukan untuk menyerbu ke gerbang utara, tetapi hal ini sempat ditentang oleh
salah seorang Patih dan mengusulkan pasukan dibagi tiga ke gerbang utara,
selatan dan pertahanan di pusat kota. Tetapi Mahapatih menolak karena menganggap serangan Jayakatwang akan mudah ditumbangkan. Karena Mahapatih sudah danggap
paling berpengalaman, akhirnya pasukan dibawa ke gerbang utara. Apa yang terjadi, Setelah pasukan meninggalkan kota, pasukan Jayakatwang dari arah selatan dengan
leluasa memporakporandakan Singhasari. Membunuh Kertanegara dan bergabung
ke utara untuk mengalahkan pasukan Singhasari yang kalah mental saat
mengetahui rajanya mati dan istana sudah diduduki. Raden Wijaya yang kala itu
memimpin ke utara berhasil meloloskan diri bersama sekitar duabelas pasukannya yang
tersisa. Ia lari dari kejaran sampai menyebrang ke Madura. Di Madura, ia
meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja. Arya Wiraraja
menyanggupinya dan membujuk Jayakatwang agar melepaskan Raden Wijaya. Karena Arya Wiraraja yang meminta, Jayakatwang pun mau. Akhirnya Raden Wijaya
kembali ke Singhasari dan berkumpul dengan para istrinya. Ia kemudian diberi
sebuah lahan untuk dibuka, lahan tersebut masih berupa hutan dan berada di daerah Trowulan - Mojokerto.
Disaat membuka hutan itulah para pekerja yang
kehausan menemukan sebuah pohon yang memiliki buah yang terlihat menyegarkan.
Karena banyak pohon yang seperti itu, akhirnya para pekerja itu mengumpulkan
buahnya dan mempersembahkan kepada Raden Wijaya. Saat dimakan ternyata buah itu
berasa pahit. Dan jadilah buah itu diberi nama Maja karena rasanya pahit
melilit. Dan tempat baru itu diberi nama Majapahit. Kemudian diangkatlah Raden Wijaya sebagai akuwu di daerah itu. Banyak rakyat Singhasari yang loyal kepada Kertanegara pindah ke Majapahit.
Kedatangan Tentara Mongol
Selama kejadian itu brlangsung, tentara Mongol yang akan menyerang Singhasari masih dalam perjalanan lewat laut, perjalanan ini memakan waktu tahunan karena hanya mengandalkan layar. Mereka akhirnya tiba di kepulauan Indonesia. Singgah di Belitung dan kemudian menyusuri pantai utara Jawa dan sampai di Surabaya. Raden Wijaya yang mengetahui kedatangan tentara Mongol langsung menyambut mereka dengan hangat, dan bertanya,"Apakah tuan-tuan datang kemari untuk menyerang Kertanegara yang angkara itu? Sesungguhnya saya bisa mengantarkan tuan-tuan sekalian ke istanannya di Singhasari, karena saya sebenarnya juga merencanakan sebuah pemberontakan kepadanya. Tuan-tuan boleh singgah di daerah saya dan menyusun strategi". Karena tidak tahu apa-apa tentara-tentara Mongol itupun mau saja. Raden Wijaya dan pasukannya membawa orang-orang Mongol yang tidak pernah tahu wajah Kertanegara kepada Jayakatwang, dan mengatakan bahwa Jayakatwang adalah Kertanegara.
Jayakatwang akhirnya tewas
dalam serangan membabi buta ini, pasukan Mongol yang senang karena telah berhasil
membunuh orang yang dikiranya Kertanegara, mengadakan pesta di istana, mereka tenggelam dalam euforia kemenangan. Raden Wijaya dan pasukannya tak ikut
pesta, dengan alasan akan mengambil upeti untuk raja baru ia kembali ke Majapahit dan diikuti oleh 200 orang pasukan Mongol yang setengah sadar karena
arak. Ditengah perjalanan 200 pasukan Mongol itu dibinasakan dengan mudah.
Lalu Raden Wijaya kembali ke Majapahit untuk membawa lebih banyak pasukan dan
membumihanguskan pasukan Mongol yang tertidur lelap karena arak dan tak
menyangka akan serangan Raden Wijaya. Hanya sedikit di antara mereka yang berhasil
selamat dan pulang ke China. Demikanlah Raden Wijaya berhasil memanfaatkan pasukan Mongol untuk merebut kembali kerajaan Ken Arok. Kemudian Raden Wijaya mendirikan sebuah kerajaan baru di Majapahit. Dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardana ia naik tahta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar