Minggu, 27 April 2014

NASI JAGUNG KENANGAN

      Pagi ini ada yang istimewa, karena orang rumah sebagian dalam keadaan libur, pagi hari yang biasanya sibuk jadi agak santai. Semua dibikin santai termasuk urusan sarapan, yang biasanya masak sendiri jadi beli di luar. Selain itu sarapan pun berubah jam tayang, yang setiap harinya dilakukan antara rentang waktu pukul 06.00 - 08.00 pagi, kali ini pukul setengah lima malah sudah dalam keadaan sedang sarapan hahaha... :D belinya juga pukul 4 pagi...! :O Ceritanya setelah subuh masih sekitar pukul 4 lewat sedikit, saya dan mama jalan-jalan ke dapur tetangga lho..? >_< Ngapain...??? hahahaha... tetangga saya itu kebetulan penjual nasi jagung di pasar tradisional (namanya pasar Manggisan) bukan pasar buah manggis lho ya, tapi karena pasarnya terletak di daerah yang bernama Manggisan (penamaan Manggisan masih menjadi misteri) >_<  Kami ke sana pagi sekali, karena terlambat sedikit bisa jadi yang bersangkutan sudah berangkat beserta seluruh dagangannya ke pasar :O
   Dengan membawa lima buah piring, kami berdua berangkat (bawa uang juga sih), sebenarnya bukan tetangga satu komplek, melainkan tetangga seberang jalan (?) karena memang orangtua sudah langganan sejak dulu (sejak belum jadi tetangga seberang jalan) jadi cukup akrab sama ibu penjualnya :) Menembus hawa dingin khas pagi hari, akhirnya kami sampai di pintu luar rumah ibu penjual yang langsung menuju dapurnya. Meskipun cukup sering membeli nasi jagungnya, tapi baru kali ini saya ikut membeli langsung ke dapurnya (karena lebih sering beli waktu di pasar). Sesaat setelah pintu di buka saya langsung disuguhi suasana dapur yang hangat (hangat memang ternyata karena ada tungkunya) yup, ibu masih memakai tungku untuk memasak semua menu masakan yang akan dijualnya. Dan semuanya adalah masakan hari ini alias fresh :D Sayang sekali saya tidak membawa kamera tadi, mungkin terlihat lucu waktu saya berjongkok menghangatkan diri di depan tungku arang dengan seceret air yang sedang direjang >_<


FRESH FROM THE PAWON
     Seporsi masih murah sekali, 3000 rupiah saja. Bahkan masih banyak yang membeli dengan harga di bawah itu, tapi si Ibu tetap melayani dengan ramah, baginya yang penting pelanggan senang dan tidak bosan membeli.
      Seperti yang sudah saya tuliskan kalau saya tidak membawa kamera bahkan HP sekalipun jadi amat disayangkan saya tidak punya dokumentasi ibu penjualnya... Mungkin nanti saat ada kesempatan ke rumahnya lagi saya pasti akan membawa kamera hehehe... :v Oh ya.. meskipun ibu penjualnya hanya tinggal seorang diri, tapi beliau memasak semua menu masakan dagangannya juga seorang diri... Semua kegiatan masak memasak ini beliau lakukan setelah dagangannya habis, setelah membereskan lapak beliau langsung belanja semua kebutuhan untuk bahan masakan esok hari. Beliau menyiangi sayuran, mengupas bumbu-bumbu saat sore hari dan kegiatan memasak yang sesungguhnya baru dilaksanakan pukul 1:00 dini hari hingga semuanya matang dan siap dijual sekitar pukul 05:00, tiap hari selalu begitu kecuali ada hari besar seperti hari raya kurban. Sudah lebih dari 30 tahun beliau melakukannya.. SubhanAllah... Saya takjub sekali... beliau bisa bangun setiap harinya pukul segitu tanpa alarm jam... hanya mengandalkan alarm bawah sadar saja... It so cool... ^_^
        Beliau bercerita bila sebenarnya saat ini kegiatannya tidak seberat dulu, karena dulu masih ada anak yang harus dihidupi dan suami yang wajib dilayani. Sekarang semua putra putri beliau sudah hidup mandiri di luar kota dan memberinya cucu-cucu, suaminya pun telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Entah bagaimana bila suatu saat bila beliau sakit... hmmm saya pun meng-iyakan saat beliau mengatakan bahwa selama ini beliau tidak pernah sakit sehingga bisa berjualan setiap hari, dan semoga tidak menderita sakit dahulu sebelum meninggal biar tidak merepotkan orang katanya, "Mungkin ini juga karena do'a dari para pelanggan nak.." Bisa jadi.. bisa jadi... saya menimpali perkataannya dengan senyuman :)
       Mencari teladan memang tidak selalu dari orang-orang hebat yang terkenal. Memaknai hidup terkadang tidak harus pergi melang-lang buana dan menyepi di gunung-gunung. Lihat sekitar, temukan yang paling sederhana dan kita akan mengerti apa yang menjadikan kederhanaan itu. Life is simple actualy :)