Kamis, 31 Oktober 2013

BERBURU SUMBER PROTEIN GRATIS! (KEONG SAWAH)

    Tinggal di pinggiran alias desa membuat saya begitu akrab dengan kebun dan sawah, termasuk seluruh ekosistemnya, karena kalau menurut pelajaran biologi saya juga termasuk di dalam ekosistem itu, (termasuk predatornya) :D Seperti kebanyakan anak - anak desa lainnya, saya juga punya kebiasaan berburu, lahan berburunya pun tidak jauh dari kebun, sawah dan sungai. Kebetulan sekali, rumah saya di kelilingi oleh kebun, seperti kebun mangga, rambutan, jeruk, pisang, jagung, singkong, kacang, ubi dan lainnya. Juga persawahan dan sungai besar (Bondoyudo) juga sungai - sungai kecil. Wow sekali ya..! Musim berburu di sawah kebanyakan dilakukan saat memasuki musim hujan dan musim berburu di sungai bagi saya adalah saat sungai surut (Karena tidak hobi memancing) Orang - orang biasanya ramai mencari belut, keong, katak atau remis kalau sungai besar sedang surut, sepanjang itu sungai besar tak pernah sepi dari kegiatan pancing memancing.
     Ini dia hewan buruan favorit saya di sawah -->> Keong sawah! Selain saya tidak pandai menangkap buruan yang geraknya cepat (seperti belut) menangkap keong adalah perkara yang mudah! karena lari saya lebih cepat dari mereka wkwkwkwkwkkkk... :P Seperti apa keong sawah itu, ini dia penampakannya... :D

KEONG SAWAH

     Ada yang belum tahu keong sawah...? Ada yang gemar makan olahannya...? Kalau iya, berarti anda ada di pihak saya... hehehehee... ^_^ Keong sawah memiliki banyak nama, seperti di Jawa Barat binatang air ini disebut Tutut, di Bali bernama Kakul dan di daerah saya, tepatnya di kabupaten Jember, keong sawah dijuluki Kul, Unik bukan...? Bagi yang belum tahu sama sumber protein yang satu ini silahkan klik Keong In Here ya... :) Sesuai dengan namanya, keong sawah banyak ditemukan di area persawahan dan parit - parit kecil irigasi sawah, biasanya mereka bersembunyi di dalam lumpur. Selain rasanya yang enak dan bertekstur kenyal, keong sawah memiliki kandungan gizi dan manfaat yang baik untuk kesehatan manusia, selengkapnya baca di Manfaat Keong... :) ternyata di balik cerita manis itu, keong merupakan hama bagi petani, hmmm... :( Kenapa bisa dianggap hama? Itu karena keong suka merusak padi yang baru disemai, sehingga petani harus kembali mengulangi menanam rumpun padi yang baru untuk mengurangi penurunan produksi padi... :(


SEGEROMBOL TELUR KEONG SAWAH

     Penanggulangan keong sawah sebagai hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida, menancapkan ranting atau tiang bambu di area sawah, dengan harapan induk keong akan menaruh telurnya di sana sehingga petani dengan mudah memungut telur - telur keong dan mengurangi populasi keong. Tetapi tidak sedikit juga keong sawah dibasmi dengan cara diburu untuk dikonsumsi ataupun dijadikan pakan ternak seperti bebek dan angsa.


KEONG SAWAH ATTACK!

    Nah setelah membahas apa itu keong sawah alias keong racun mas, sekarang saatnya mengetahui cara mengolah keong menjadi lauk/ camilan yang nyummy... :D Banyak variasi untuk teknik dan bumbu yang digunakan, karena ini tulisan saya, jadi mari kita bahas saja teknik dan bumbu yang biasa saya gunakan di rumah... :D




KEONG GORENG

Bahan 1:
  1. Keong segar yang masih di dalam cangkang (1 ember sedang)
  2. Garam (setengah bungkus)

Bahan 2 (bumbu halus):
  1. Bawang putih (8 siung)
  2. Kunir/ Kunyit secukupnya (seruas jari telunjuk)
  3. Ketumbar (1 1/2 sdm)
  4. Merica (1/4 sdm)
  5. Minyak untuk menggoreng (Gunakan kira-kira 3 sendok sayur)

Cara mengolah:
  1. Cuci keong sampai bersih
  2. Rebus keong, gunakan air hingga merendam seluruh keong
  3. Setelah mendidih, tunggu beberapa saat lalu tiriskan keong
  4. Keluarkan keong dari cangkangnya menggunakan garpu atau lidi
  5. Buang lambung dan kantung pasir keong sehingga menghasilkan keong siap olah seperti nomor 6
  6.  
  7. Setelah keong selesai disiangi, uleni keong dengan garam dalam jumlah banyak untuk menghilangkan sisa lendir, setelah dirasa cukup, bilas keong menggunakan air mengalir beberapa kali hingga keong bersih.
  8. Uleni keong dengan bumbu halus, diamkan 5 menit lalu goreng dalam minyak panas hingga berubah warna
  9. Keong siap dinikmati dengan nasi putih hangat... :D

       Gimana sih penampakan keong goreng yang sudah matang itu...? Ahahahahaa... maaf ya tidak ada fotonya, foto menyusul entah kapan... :D Soalnya waktu nulis ini saya sedang tidak memasak keong... :P Sepertinya sampai di sini dulu edisi keong sawahnya... saya mau berburu lagi... Sayonara... :D :D :D (demi foto)


THIS IS IT...! Akhirnya tadi pagi terlaksana juga... :D :D :D


PROSES YANG LUMAYAN LAMA


JJREEEENNGG.... :D :D :D


ITADAKIMASU... :D

Sabtu, 31 Agustus 2013

SOWAN KE TROWULAN III

Cerita sebelumnya...
      "Kami memutuskan untuk kembali ke pos polantas, setidaknya di sana lebih ramai dan banyak orang. Mungkin karena saat itu malam minggu ya suasana jadi ramai begitu... -_- Ternyata banyak juga cewek-cewek yang senasib dengan kami, mereka umumnya mau mudik ke Jombang... (Oh anak kuliahan to...) Membentuk group begini (Berlima) kami pun sama - sama mencari solusi... dimulailah perjuangan itu... (Cari tumpangan mode on) Apapun itu yang penting bisa mencapai entah berapa kilometer ke arah selatan... :O Jam menunjukkan pukul 18.20..."
        Lumayan lama nggembel di perempatan membuat kami cukup jengkel, mbk Fina masih malu-malu, sedangkan aku mulai melambai-lambaikan tangan ke kendaraan yang lewat. Sekali ada truck yang berhenti, tapi kami kalah dengan para bapak-bapak dan mas-mas yang langsung berebut naik ke truck, lagipula membayangkan hanya kami berlima saja yang cewek, cukup membuat kami malas ikut berebut naik :( tapi ternyata Allah masih sayang dan mendukung perjalanan ini, beberapa menit setelah itu ada bapak-bapak yang berteriak dari dalam sebuah pick up dan menawarkan kami tumpangan, kurang lebih seperti ini teriakannya,"Hee mbak momot jagung gelem gak mbak...?" kami pun langsung menyerbunya ahahahahaaa... alhamdulillah... :D, "Gelem pak, gelem...!!!" dua dari tiga cewek kenalan kami karena mereka pakai rok, akhirnya duduk di depan, dan bapak-bapak yang di depan pindah naik ke belakang pick up bersama kami. Yang ikut menyerbu tumpangan ini hanya ibu-ibu, mbak-mbak, anak-anak, kami dan seorang kakek. Sementara para mas-mas dan bapak-bapak yang juga sedang mencari tumpangan hanya melihat saja, dan ada satu dua orang yang membantu menaikkan anak-anak dan manula. Mungkin mereka tidak tertarik untuk berebut karena yang pertama nyantol dan memang ditawari adalah sekumpulan cewek-cewek (menurutku sih...) :D Begitu juga kenapa yang berebut hanya mayoritas ibu-ibu, mbak-mbak dan anak-anak karena mereka melihat kami (cewek-cewek semua) yang pertama kali mengisi celah di sela-sela jagung jadi mereka tidak sungkan ikut berebut naik hahahaha... :D
        Pick up hanya berhenti sebentar, tidak kurang dari satu menit! Setelah bapak-bapak yang tadi pindah ke belakang memberi kode pada sopir kalau penumpang sudah ready, kami pun berangkat menuju Trowulan bersama penumpang-penumpang lain dengan tujuannya masing-masing... :D Senang sekali rasanya bisa dapat tumpangan juga di saat-saat genting seperti itu.. :) Sepenjang jalan kami semua sesekali tertawa-tawa mengingat perjuangan yang baru saja terjadi, best experience ever with new people pokoknya... :D Aku menyambung pesan lewat bapak yang tadi pindah ke belakang kalau minta turun di perempatan lampu merah Trowulan. Suasana lalu lintas lancar tanpa hambatan apapun, aku mulai merasakan hembusan angin yang berbeda, semilir dari Majapahit! :) (Serius lho...) hampir empat puluh menit berlalu, mobil pick up tumpangan kami akhirnya melewati Wringin Lawang, itu pertanda tujuan kami sudah dekat. Tak lama kemudian pak sopir menyebutkan tempat pemberhentian kami. Alhamdulillah akhirnya kami sampai... dan merupakan penumpang yang pertama turun... :) Saat aku mengulurkan lembaran uang, dengan ramah pak sopir dan awaknya menolak pemberian kami... alhamdulillah lagi... Terimakasih semuanya... ^_^


DENAH PEREMPATAN LAMPU MERAH TROWULAN


        Menurut peta dari perempatan lampu merah Trowulan, kami mengambil jalan ke kanan, itu berarti kami harus menyebrang dulu. Setelah mencapai sisi lain jalan, kami agak ragu untuk masuk lebih jauh, akhirnya aku bertanya ke sebuah warung yang ada di ujung jalan. Ternyata kami salah turun,  seharusnya masih beberapa ratus meter lagi ke selatan, dan kami disarankan melewati jalan besar saja daripada lewat sini... -_- Akhirnya kami kembali berjalan ke arah selatan sampai menemukan kantor polisi dan museum Trowulan Lama... Setelah beberapa saat karena yang dicari tidak ketemu dan malah menemukan sebuah jalan yang lebih kecil daripada jalan di perempatan tadi, sekaligus tertarik dengan tulisan yang ada di gapuranya yang berbunyi, "Pusat Kerajinan Kuningan Desa Bejijong" kami memutuskan untuk menyusurinya saja... :)
     Sampai di sini kami pun buta arah :I Sudah pukul 19.30 waktu itu... Rupanya kami memasuki daerah perkampungan, sepanjang jalan di kanan kiri berjejer rumah - rumah penduduk, sesekali kami menemukan rumah dengan plang yang menerangkan bahwa rumah itu merupakan bengkel cor kuningan pembuatan patung dan kerajinan lain. Semakin ke dalam jalanan makin gelap, terang gelap berselang seling, gelap karena kami melewati kebun tebu atau bambu :I kalau sudah begitu, kami akan berlari sekencangnya sampai bertemu dengan jalanan yang terang (selingan rumah penduduk lagi). Untuk ukuran sebuah desa, pukul 19.30 sudah bisa dibilang larut... :I
       Karena makin tak menentu akhirnya aku bertanya kembali pada penduduk yang kebetulan masih ngobrol di luar rumahnya. Untuk menuju wihara kami jalan lurus sampai mentok lalu belok kiri, kira-kira 500meter 500meter 500meter!!! Baguslah... kami pun mengulangi perjalanan diselingi lari-lari malam saat melewati kebun yang gelap... :I kira-kira dua puluh menit kami sudah berbelok ke arah kanan, syukurlah rupanya di sini lumayan ramai, banyak orang - orang masih bergerombol dan bercakap-cakap :D Karena dikejauhan ternyata merupakan ujung dari jalan ini (rupanya tembus ke jalan besar Mojokerto - Jombang) sekali lagi aku bertanya pada salah satu kumpulan orang-orang di sana. Untuk menuju wihara ada dua arah dari sini, kembali berjalan lurus kemudian belok kanan mentok bertemu area pemakaman desa lalu mengikuti jalan yang berbelok ke kiri, jalan sedikit sampai. Atau jalan lurus sampai ke jalan besar, lalu menyusuri jalan besar ke selatan sampai bertemu kantor polisi dan museum Trowulan Lama kemudian masuk ke jalan kecil, setelah itu belok kiri terus belok kanan... -__-  Akhirnya kami pilih jalan yang terdekat, yaitu melewati pemakaman desa :I


SALAH SATU BIARAWATI : P

       Kami lanjutkan perjalanan, ternyata setelah jalan lurus dan sudah bebelok ke arah kanan suasana begitu sepi dan gelap :I Akhirnya kami menemukan pemakaman desa sudah berjarak sekitar 100 meter di depan, masalahnya di depan pemakaman ada sebuah gardu pos yang kelihatannya tidak sedang kosong (ada orangnya boooo') karena kami lebih takut pada manusia daripada makhluk astral (di tempat-tempat seperti ini) dan tidak mau terlihat seperti orang yang baru pertamakali lewat situ, takut, lemah dan sebagainya akhirnya kami memilih untuk bersikap biasa (tidak lari terbirit-birit seperti saat melewati kebun gelap tadi) :O
        Ternyata benar, ada orang. Mas-mas gitu sendirian gak jelas, untung setelah mentok dan mengikuti arah jalan yang berbelok ke arah kiri ada rumah penduduk, meskipun setelah itu kami harus menghadapi kebun bambu yang kelihatannya begitu panjaaang... :O Kami kembali terbirit-birit sampai akhirnya aku menemukan sebuah pagar tembok dengan pagoda - pagoda kecil sebagai hiasan yang berisi lampu ffffyuuuuuhhh.... legaaaaaa sekaliiii..... akhirnya kami sampai di wihara!!! Setelah menemukan pintu gerbangnya, kami pun masuk, lolongan anjing segera menyambut kedatangan kami malam itu... Sementara jam HP menunjukkan pukul 20.20 :) 

Jumat, 16 Agustus 2013

MENGENAL LEBIH DEKAT GARUDA PANCASILA

      Kita sebagai bangsa Indonesia tentu sering melihat dan sangat mengenal gambar di bawah ini. Namun apakah kita benar-benar mengenal gambar tersebut? Jika ditanya itu gambar apa, tentu kita bisa menjawabnya. Namun apakah kita bisa menjawab dengan benar apa nama gambar itu? Siapa perancang gambar itu? Bisakah anda menjelaskan secara detail lambang-lambang yang terkandung di dalamnya? Marilah kita mulai satu per satu.

Sekilas
       Gambar dibawah merupakan lambang negara Indonesia. Lambang negara berupa seekor Burung Garuda berwarna emas berkalungkan perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila, dan mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL IKA”. Sesuai dengan desainnya, lambang tersebut bernama resmi Garuda Pancasila. Garuda merupakan nama burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang disimbolkan dalam gambar-gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD 1945.

Lambang NKRI


Sejarah
        Sultan Hamid II, perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang negara yang diajukan ke panitia tersebut, rancangan karya Sultan Hamid II lah yang diterima. Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak yang pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada era Republik Indonesia Serikat.
       Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul Presiden Soekarno juga masukan berbagai organisasi lainnya, akhirnya pada bulan Maret 1950, jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya secara resmi diperkenalkan ke masyarakat dan mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950, kemudian disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno didampingi Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, sedangkan tata cara penggunaannya diatur melalui PP 43/1958.
       Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang negara itu, sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD 1945.

Makna dan Arti Lambang
       Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, perisai dan pita putih.

Burung Garuda
      Burung Garuda adalah seekor burung mitologis, setengah manusia setengah burung, wahana Wisnu (biasa disebut Garuda Wisnu Kencana), burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang muncul pada kitab mahabharata berasal dari India, lebih tepatnya bagian pertama yaitu Adiparwa. Ceritanya Garuda adalah anak dari Begawan Kasyapa. Begawan Kasyapa memiliki dua istri, yaitu Sang Kadru dan Sang Winata. Setelah sekian lama, mereka belum juga memiliki anak. Lalu Kasyapa memberikan 1000 telur pada Kadru dan 2 telur pada Winata. Telur milik Kadru menetas menjadi 1000 ekor ular sakti, dan milik Winata belum. Karena Winata merasa malu, lalu ia memecah satu telur tersebut. Keluarlah seekor burung kecil yang belum sempurna bentuknya, cacat tak berkaki, diberi nama Anaruh. Telur yang tinggal 1 itu dijaga baik-baik oleh Winata. Suatu hari, Winata kalah bertaruh dengan Kadru karena kecurangan kadru yang membuat Winata harus menjadi budak dan melayani Kadru beserta 1000 ekor ular. Dan telur Winata satunya pun akhirnya menetas menjadi Garuda. Besar, gagah, bersinar, dan sakti. Untuk menolong ibunya, Kadru menyuruh Garuda mengambil Amerta, air kehidupan milik dewa. Amerta dijaga para dewa dan dikelilingi api yang menyala. Garuda pun melawan para dewa dan menyembur dengan air laut untuk mematikan api tersebut. Pesan ibunya, “bila menelan orang lehermu terasa panas, itu tandanya Brahmana ikut termakan. Muntahkanlah, karena ia seperti ayahmu Begawan Kasyapa. Kamu harus menghormatinya”. Berhasillah Sang Garuda merebut Amerta. Lalu dibawanya ke Kadru untuk menyelamatkan ibunya. 1000 ular sudah sangat senang melihat amerta dan Winata dibebaskan, tetapi Garuda tak kehilangan akal. Dikibas-kibaskan sayapnya agar ular kotor, dan pergi membersihkan badan dulu di sungai. Garuda pergi meninggalkan tempat itu dan membawa Amerta kembali. Di perjalanan ia bertemu dengan Dewa Wisnu, meminta untuk Amerta diserahkan kembali ke para dewa. Dan Sang Garuda pun menjadi tunggangan Dewa Wisnu.  Dari kisah tersebut kita dapat mengetahui alasan mengapa burung Garuda menjadi lambang Negara kita. Sosoknya yang rela berkorban mengeluarkan ibunya dari penderitaan, diibaratkan seperti pemuda bangsa yang rela mati-matian mengusir penjajah untuk menyelamatkan Ibu Pertiwi. Garuda seringkali dilukiskan memiliki kepala, sayap, ekor dan moncong burung elang, dan tubuh, tangan dan kaki seorang manusia. Mukanya putih, sayapnya merah, dan tubuhnya berwarna keemasan. Burung Garuda sendiri melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda melambangkan kemegahan atau kejayaan. Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor berjumlah 8, bulu pada pangkal ekor atau di bawah perisai 19 dan bulu leher berjumlah 45. Jumlah-jumlah bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945, merupakan tanggal di mana kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Perisai
    Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai mengandung lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila. Bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada. Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai. Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa “berteduh” di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia. Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu. Di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
         Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia. Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia, yang juga merupakan warna pada bendera negara Indonesia. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian.




Pita dan Semboyan Negara
     Pada bagian bawah Garuda Pancasila terdapat pita putih yang dicengkeram dan bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL IKA”  dengan huruf latin, sebagai semboyan negara Indonesia. Perkataan bhinneka tunggal ika merupakan kata dalam Bahasa sansekerta, lengkapnya sesuai dalam kitab sutasoma ialah: Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mang Rwa yang berarti “Budha dan siwa adalah satu dalam hakekatnya yang paling dalam”. Perkataan itu diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Kitab ini sendiri ditulis berdasarkan peristiwa pada masa itu, di mana sempat terjadi konflik antar agama (Hindu Siwa dan Budha). Kalimat inilah yang diambil untuk melambangkan keadaan warga negara Indonesia, meskipun berbeda suku, agama, adat, nilai, dsb  tetap merupakan satu kesatuan dalam naungan NKRI.
     Meskipun berbeda dalam hal suku, agama,dsb, manusia tetaplah manusia dengan hakekatnya sebagai manusia :D


HUT NKRI KE 68, hidup veteran, hidup LVRI, MERDEKAAA...!!! \(^_^)/ Nih Bonus... :D
Bonus bukan mitos... :P


Lambang Negara2 lain yang menggunakan garuda sebagai simbol


Senin, 24 Juni 2013

SOWAN KE TROWULAN II

      Seperti yang sudah direncanakan akhirnya kami berangkat hari sabtu 10 November 2012, karena hari itu kami masing-masing masih sibuk, keberangkatan pun meleset dari jadwal yang sudah disusun sebelumnya. Ditambah pula saya belum menghubungi wihara untuk memberitahukan kedatangan kami :( Jadi deh kami baru bisa berangkat jam 14.00. Cuaca tidak mendukung hari itu, kami berlomba dengan gerimis yang sudah mulai turun dalam kemacetan di daerah Sanan. Motor kami titipkan di tempat parkir inap terminal Arjosari, hujan yang tadinya rintik-rintik mulai berubah deras. Setelah sampai di peron, kami yang awalnya memilih bis ekonomi jadi naik ke bis patas gara-gara mbak Fina gak suka lihat bisnya... -_- memang waktu itu bis Restu Panda AC tarif biasa kebetulan gak ada (disebut Restu Panda karena body bis bergambar sekumpulan panda lagi makan bambu muda) Eh ternyata baru beberapa menit kami berada di dalam bis patas, si Panda ini datang -_- Sayang sekali mbak Fina gak mau tak ajak pindah, sudah nyaman dan malas bergrimis ria katanya, kami gak jadi pindah deh... :(

 
Ini perkiraan awal sebelum berangkat, selanjutnya...?

     Kenyataannya memang bis patas kami berangkat duluan... hujan makin deras saja, berhubung ini bis patas meskipun kami turun di Kejapanan, kami tetap membayar karcis sampai Surabaya sebesar 18.000... dih... :( Macet sudah menjebak kami mulai dari jembatan layang Arjosari, memasuki daerah Lawang macet masih berlangsung tapi hujan sudah mulai reda :D selepas Lawang perjalanan pun lancar, mbak Fina juga sudah nyenyak :D aku pun menikmati suasana sepanjang Purwodadi - Purwosari - Pandaan - Gempol - Kejapanan. Macet kembali kami rasakan saat memasuki Gempol hingga kami turun di pertigaan Kejapanan. Kami jalan sedikit ke arah barat sampai ketemu Indomaret dan sudah ada bis kecil warna kuning jurusan Mojokerto yang menanti kami di sana :D Bis kecil ini luar biasa penuh! Sehingga kami memutuskan untuk menunggu bis berikutnya (kata kernetnya sih bis berikutnya bakal lama) dan ternyata itu benar :( Hampir 30 menit berikutnya bis yang kedua pun datang dengan keadaan yang tidak jauh beda dengan bis sebelumnya, penuh sampai ke pintu :( Mungkin memang akan terus begitu, akhirnya kami pun gak ambil pusing langsung naik aja dah...! Tarif yang harus kami bayar kali ini cukup 8.000 saja, tapi dengan keadaan berdiri, beh bonus... -_-


Peta Jalur Gempol - Mojokerto


     Mbak Fina dapat duduk saat kami akan memasuki daerah Pungging, sedangkan aku... baru dapat duduk waktu sudah di Bangsal... Itu pun rebutan :( bagus dah...! Mantaaap... :v Kami tiba di Mojokerto setelah adzan Maghrib. Bis kuning yang kami tumpangi ternyata tidak masuk ke terminal, kami berjalan cukup jauh untuk menemukan terminal yang belum pernah kami lihat (benar-benar blind) -_- suasana juga ramai dan sangat macet...! dari Mojokerto kami masih harus mencari angkutan untuk sampai ke Trowulan... Kami menemukan pos polantas tepat di ujung perempatan sisi kiri, di trotoar depan pos banyak sekali calon penumpang yang sedang menunggu bis dan angkutan lain menuju Jombang, kami pun bertanya kepada salah satu dari mereka tentang lokasi terminal ternyata dari pos polantas kami harus ke arah utara menyebrangi jalan. Sedikit gambaran suasana lalu lintas pada waktu itu, dari ke empat arah jalan dipenuhi berbagai macam kendaraan, tidak hanya satu macam saja, semuanya mendominasi, benar-benar hiruk pikuk, polantas yang mengatur pun memakai pengeras suara dari pos dan sebagian ada di pinggir-pinggir perempatan, lampu merah sudah tidak berguna lagi mengatur lalu lintas di sana :O
     Kami pun menuju terminal, dari Pos Polantas lumayan jauh, sesampainya di Terminal... Gelap... dan kosong....! tidak ada angkutan maupun bis! Dan beberapa bis yang sedari tadi lewat ternyata bukan dari terminal ini, melainkan dari Surabaya semua dan mereka tidak menerima penumpang... :O Tidak sampai di situ, aku pun mencari alternatif lain, kebetulan ada beberapa ojek, kami pun melakukan tawar menawar dengan mereka, untuk ke Trowulan mereka memasang harga 40.000 -_- benar-benar tidak bisa ditawar lagi. Lalu ada Taxi (satu-satunya) yang terlihat akan meninggalkan terminal, kami lagi-lagi melakukan tawar menawar, tapi setelah tahu tujuan kami ke Trowulan, si sopir tidak mau, dia maunya kalau ke Pasuruan (bercanda nih sopir Taxi) Kami sempat putus asa waktu itu, beh naik apaan cobak...??? Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dulu di Mushola Terminal.


DENAH PEREMPATAN BESAR MOJOKERTO


       Kami memutuskan untuk kembali ke pos polantas, setidaknya di sana lebih ramai dan banyak orang. Mungkin karena saat itu malam minggu ya suasana jadi ramai begitu... -_- Ternyata banyak juga cewek-cewek yang senasib dengan kami, mereka umumnya mau mudik ke Jombang... (Oh anak kuliahan to...) Membentuk group begini (Berlima) kami pun sama - sama mencari solusi... dimulailah perjuangan itu... (Cari tumpangan mode on) Apapun itu yang penting bisa mencapai entah berapa kilometer ke arah selatan... :O Jam menunjukkan pukul 18.20...

Apakah kami berhasil...? Next entri deh... Capek... :) Mau bonus...?
Nih...







Minggu, 23 Juni 2013

SOWAN KE TROWULAN I

     Sepertinya akan terlalu jenuh kalau harus meneruskan "Menginap Di Yogyakarta" tanpa diselingi menulis sesuatu yang lain... Hmm... Hitung-hitung biar tidak keburu lupa juga maka hari ini aku putuskan untuk menulis entri dengan judul baru... tereeeenggg..... "Sowan Ke Trowulan". Keinginan untuk mengunjungi Trowulan sebetulnya sudah lama sekali, lama sekali... Tepatnya? kira-kira sejak aku tahu kalau Kerajaan Majapahit ada di Trowulan hakakakakakkk... Oke sekarang serius... Sebenarnya aku mulai tertarik dengan sejarah kerajaan-kerajaan zaman dulu (khususnya di Jawa, lebih khusus lagi di Jawa Timur) sejak ayahku (beneran, ini panggilanku buat laki-laki yang disebut kebanyakan teman-teman masa kecilku dengan bapak *lebay) berjanji padaku untuk mendongeng buatku sebelum aku tidur malam. Entah kenapa kok dongengnya tentang Ken Dedes -_- Jadilah tiap malam beliau mendongeng, karena menurutku (yang waktu itu masih kelas 3 SD) ceritanya menarik, meskipun ayahku sudah mulai tidur sendiri, aku paksa untuk terus bercerita hakakakakakkk... (Ini termasuk durhaka tidak ya???) Aku terus menikmati dongeng ini sampai beberapa hari kemudian (karena panjang jadi berepisode dongengnya >_<) Waktu sudah besar, aku jadi tahu kalau ternyata ada bagian-bagian dongeng yang di"selimur"kan ayahku, bukan apa-apa sih karena memang cerita aslinya agak tabu untuk anak kelas 3 SD hahay... :P Intinya aku tertarik dengan sejarah sejak saat itu, banyak sekali buku-buku cetak ayahku tentang sejarah yang aku baca setelahnya (Ayahku mengajar tiga cabang ilmu sosial di sekolah menengah). Oke sesi curhat selesai, sekarang saatnya menulis perjalanan kami ke Trowulan... :)


Patung Buda Tidur di Maha Vihara Mojopahit Bejijong

    Seperti pada awal rencana keberangkatan kami ke Yogya, kali inipun aku tetap mempercayakan perjalanan ini ke ---> Pak Dhe Google -_- hahaha... Sebenarnya waktu itu aku dan Mbak Fina sudah dalam masa profesi, aku dapat departemen Komunitas, Mbak Fina di departemen Gerontik. Setelah mencari kesempatan dalam kesempitan (di dalam kesempitan pasti ada kesempatan :D) Kami menemukan tanggal dan hari yang ciamik :D Tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban pada kelompok profesi (Beneran ini... :D) Kami pun berangkat hari Sabtu 10 November 2012. Tinggal berangkat begitu saja...? Oh tidak bisaa... Itu mimpi namanya... ngimpi... :D Tentu saja kebingunan itu ada :D Tidak seperti waktu ke Yogya yang sekali naik bis langsung turun Yogya, kali ini beda...
          Selama ini setahuku kalau mau ke Mojokerto itu naik mini bus warna kuning dari terminal Untung Surapati Pasuruhan, berarti kami harus naik bis jurusan Jember dulu, turun di terminal Untung Surapati Pasuruhan lalu naik mini bus kuning ke Mojokerto... kok aneh ya... -_- Lalu aku cari pilihan rute lainnya, tanya-tanya ke adminnya @WisataPurbakala mereka malah menawarkan diri untuk mbarengi kami ke sana naik motor ambil rute Pujon dengan selingan hutan dan nantinya tidur di tenda, seram om... :( Katanya sih lebih dekat dan tidak muter-muter, tapi selain aku sedikit tidak nyaman dan malas juga berkendara jarak jauh melewati jalanan Pujon dan sekitarnya. Akhirnya pilihan kedua gagal... kembali lagi ke Pak Dhe Google dan menanyai beliau dengan lebih serius... -_-
         Setelah hampir kembali memakai rute pertama (bahkan sempat aku tulis di kronologi perjalanan)  aku menemukan rute ketiga di lapaknya Pak Lek KasKus... Salah seorang cucunya menceritakan perjalanannya yang sedikit terlunta-lunta ke Trowulan -_- Menurut si cucu ini, dari Malang kami cukup menaiki bis jurusan Surabaya, setelah itu kami turun di pertigaan lampu merah Kejapanan. Dari pertigaan Kejapanan kami bisa menumpang mini bus warna kuning untuk menuju Mojokerto. Dari terminal Kertajaya Mojokerto kami masih harus naik angkot jurusan Trowulan (benar-benar modus estafet) >_< Foto dulu nih... :D


Terminal Kertajaya Mojokerto

        Sepertinya rute ketiga ini cukup bagus buat kondisi kami, kami putuskan untuk mengambil rute ini. Sedikit banyak sudah tahu arah perjalanan, giliran penginapan yang harus dicari... Trowulan, kota kecil itu mana ada daerah yang menyediakan aneka losmen dan hostel murah seperti di Yogya... :( Apa harus bawa tenda sendiri...? ribet sekali... :( Mentok ya kembali lagi bertamu ke Pak Dhe Google.. :) setelah tanya-tanya sampai pusing, aku ketemu sama yang namanya Maha Vihara Mojopahit, salah seorang bloger (dan dia cewek) bercerita pernah menginap di Vihara tersebut selama semalam dengan tarif sukarela dan dapat makan gratis kalau beruntung... (Jingkrak-jingkrak :D) Masih ragu-ragu aku cari lagi para penikmat "Jingkrak-jingkrak" ini berada, dan benar saja aku menemukannya seorang lagi, bloger (kali ini cowok) yang juga menceritakan pengalamannya "Jingkrak-jingkrak" di Vihara ini :D Kali ini yang bersangkutan menampilkan foto kamar tempat "Jingkrak-jingkrak"-nya hihihihihiii... :D Ini dia.... (yang ini fotoku sendiri) :D



Kondisi kamar di Asrama Wanita


Ternyata teman seperjalanan saya... -_-


        Sudah itu saja persiapannya...? Ada yang tak kalah penting dong... apa itu...? Peta... yups ini juga dikasih Pak Dhe Google, peta wisata situs Trowulan, istilah kerennya Trowulan archaeological site :D Karena memang situs Trowulan itu luas sekali jadi peta sangat diperlukan di sini, mengingat situs yang akan dikunjungi berada di pedesaan bahkan masuk di perkampungan warga jadi agak sulit menemukannya tanpa bantuan peta... sekali lagi peta... sekali lagi peta.... -_- Nih petanya...



Peta situs Trowulan Download kalo kurang besar

     Jarak situs yang terjauh dari jalan raya Mojokerto - Jombang adalah candi Tikus dan Bajang Ratu Gate kurang lebih 5 kilometer (bukan 5 Cm) Naik apa? Semoga ada ojek... tapi kok sepertinya tidak ekonomis... setelah tanya-tanya lagi (lagi-lagi ke Pak Dhe Google) semuanya buntu, tidak ada informasi tentang penyewaan motor atau yang lainnya, rupanya ojek laris manis di daerah ini... Akhirnya aku mencoba tanya-tanya lagi ke adminnya @WisataPurbakala, setali tiga uang (alias sama saja) hasilnya nihil, mereka malah akhirnya berangkat beneran ke sana pake rute Pujon dan tidur di Pendapa Agung -_-  Jangan harap juga ada angkot yang bisa mengantar, tidak ada rutenya... (ya sudahlah dipikirkan nanti saja) -_- Sudah dulu ya ceritanya... Selamat pagi Malang... :D :D :D

Kamis, 13 Juni 2013

MENGINAP DI YOGYAKARTA V

Cerita sebelumnya:
.........Dewi Uma pun semakin galau hatinya, ia harus memilih antara (xxxxx) tapi ketemu suami atau nggak (xxxxx) tapi juga nggak ketemu suami dan nggak bisa (xxxxx) nah loh...!!! >_<
 
The Curse
 
Oke lanjut lagi ceritanya... :D
     Akhirnya Dewi Uma pun menyanggupi syarat yang diajukan si tukang sampan.... o_O Setelah tuntas diantarkanlah Dewi Uma ke seberang sungai :/ Dewa Siwa segera tahu, istrinya telah gagal dalam ujian kesetiaan yang ia buat -_- Tentu saja Dewi Uma tidak mengetahui jika ia sedang diuji -_- Murkalah Dewa Siwa atas laku istrinya dan menyebut sikap Dewi Uma tidak berbeda dengan perilaku para raksasa, seketika berubahlah wujud Dewi Uma menjadi sosok raseksi yang menyeramkan dengan tubuh yang begitu besar, mata melotot dan taring yang tajam o_O Ia sangat sedih mendapati sosoknya yang baru, asing dan menyeramkan, ia pun meminta maaf pada suaminya dan memintanya mengembalikan dirinya ke wujud semula. Tapi sayangnya Dewa Siwa tidak bisa menarik kata - katanya lagi, Dewi Uma yang kecewa dan malu akhirnya pergi meninggalkan suaminya, tidak ke Istana mereka tapi ia mengasingkan diri ke hutan yang menyedihkan, Alas Krendhayana, yang di dalamnya terdapat sebuah tempat dengan beringin putih berjajar tujuh, randhu alas berjajar sembilan dan watu gilang sebesar gunung, Setro Gondomayit. Muramlah Suralaya, Dewa Siwa menyesali perbuatannya :/

Eh iseng nemu link ini... :D

Romansa di Hutan Setra Gandamayit

: durga!

lendir-lendir bibir mencibir pandir seperti birahi, batari
durga di hutan setra gandamayit menggigit-gigit mayat, dan
ayat-ayat puisi menjadi seperti panah pasopati, menghunjam
segala, penjuru mata angin mendadak gelap, gulita dada terasa
sesak menyesak ratap pilu runcing kata, menebing bahasa
durga gemerincing, pening menebang tebing tembang
yang tinggal sepenggal puisi giris dan miris di dada!

sang hyang guru, anakmu karno adalah cinta kita, di hutan
setra ingatkah? engkau mengendap-endap di sela pepohonan
merancang baratayuda dengan persenggamaan, sengit dan
cinta tekapar oleh keserakahan, masihkan kau pura-pura
: alpha?

guru, saat pasopati menjadi bukti kemenangan baratayuda
di hutan kuru, maka jangan ragu-ragu! karno adalah darah
kita, perselingkuhan abadi sang hyang guru giri nata, santun
anggun menggemulai bahasa saat siang, dan ketika malam?
nafsu binal durga akan menjadi selalu purnama, itulah kita
: masihkah perlu bertanya?

bibir durga melendir dalam pandir rindu guru, pasopati
menjadi janji dan bukti keabadian sejarah, runcing kata
durga: katakan nafsu tak perlu harus cinta!

pasopati berpindah kodrat atas wiradat sesat, durga
menepuk dada, sang hyang guru termangu, sesal
menyesal dalam gumpal lakon sepenggal, nafsu
mengubah sejarah menjadi air mata
karena pasopati salah alamat
riwayat tak bisa tamat!

: tamatkan, kawan!

Puja Sutrisna, 01 Mei 2012


Puisinya bagus sekali kan... ^_^

          Dewi Durga ini selanjutnya mendapatkan ruwatan oleh putra bungsu Dewi Kunti, Sadewa (kembarannya Nakula, Pandawa lima) sehingga ia kembali pada wujud aslinya, memang sulit memahami kisah Durga ini, selain terlalu banyak versi ceritanya, Dewi Durga juga dipandang sebagai Dewi kegelapan sekaligus Dewi yang diagungkan, belum lagi kalau dihubungkan dengan legenda Rara Jonggrang -_- Jadi makin bingung. Daripada tambah bingung klik ini aja deh ^_^ http://seniwayangkulit.wordpress.com/2008/08/28/begawan-sudamala-durga-ruwat/


"Ruwiyeng gineng prasidheng murti murtija pratistha wineh sru huning tyasira wignya lalita." 

"Suda ing memala."



       Dalam Menginap Di Yogyakarta IV aku sempat menulis perkiraanku tentang munculnya legenda Rara Jonggrang, kata kuncinya adalah jonggrang, jonggring salaka, kutukan dan arca Durga baca:http://normayustisianotes.blogspot.com/2013/06/menginap-di-yogyakarta-iv.html Bagaimana kalau misalnya si penutur pertama ini tahu kalau arca tersebut adalah arca Durga, tetapi karena sebuah alasan ia menciptakan legenda Rara Jonggrang -_-

Oke, kembali ke Laptop (memangnya daritadi ke mana?) :v Di komplek Candi Prambanan terdapat beberapa situs candi, yang terbesar tentunya Candi Prambanan :D Candi Prambanan sendiri terdiri dari beberapa candi, tiga candi utama dengan nama trimurti (Wisnu, Siwa, Brahma), tiga candi wahana (Garuda, Angsa dan Nandi), dua candi apit di sisi utara dan selatan di antara candi Wisnu dan candi Garuda dan di antara candi Brahma dan candi Angsa, empat candi kelir pada empat penjuru mata angin di depan pintu masuk dan empat candi patok pada empat sudutnya. Selain itu juga terdapat ratusan candi perwara (pelengkap) yang terbagi dalam empat zona di sekeliling halaman di luar pintu masuk komplek candi utama, candi perwara dan candi - candi kecil disekitarnya masih banyak yang belum dipugar. Seperti ini denahnya.




         Waktu aku ke sana, aku masuk lewat pintu timur dan langsung naik ke wahana garuda lalu dilanjut mengelilingi komplek berlawanan dengan arah jarum jam. Pengunjung memang diarahkan masuk dari pintu timur, itu dikarenakan gerbang masuk komplek candi Prambanan berada di timur candi, begitu juga tempat pembelian tiket masuknya. Perkiraan arah masuk zaman dulu memang dari arah barat, mengingat kiblat umat hindu adalah timur.


Format 3D




     Relief candi Prambanan mengisahkan cerita ramayana dan krishnayana. Sayang sekali candi Siwa tidak dibuka untuk umum, sehingga aku tidak bisa membaca relief yang ada di dalamnya. Beruntung masih bisa memasuki candi - candi wahana, Wisnu dan Brahma. Aku hanya membaca krishnayana di candi Wisnu, karena sebelumnya tidak pernah membaca kisah Krishna dengan lengkap jadi agak bingung :( Untuk membaca Ramayana dimulai dari candi Siwa dan berakhir di candi Brahma, lagi - lagi tidak bisa karena memang candi Siwa tidak bisa dimasuki dan reliefnya ada di sisi sebelah dalam :( jadinya hanya bisa menikmati relief dewa - dewi, kinara - kinari dan pohon kalpataru di dinding sebelah luar :/ Untuk membaca relief di candi Prambanan, setelah masuk ke dalam candi kita ambil jalan ke kiri memutari candi searah jarum jam, ini disebut dengan teknik pradaksana :) Di bawah ini ada dua relief Krishnayana (Perjalanan Krishna) = Rurouni Krishna :D :D :P Dan relief dinding luar candi Brahma berupa Kinara dan Kinari :) Maaf kalau jepretannya jelek :P


Yasodha Tengah Hamil


Kelahiran Krishna


Kinara, Kinari dan Pohon Kehidupan (Kalpataru)

    Siapakah Krishna...? Ia adalah awatara yang menjadi kusir kereta perang    Arjuna dalam Bharatayudha, ia memihak Pandawa. Cuma itu? klik ini saja ya... :D http://triokasetiawan.wordpress.com/2012/08/26/krishna-awatara/ atau beli ini http://www.goodreads.com/book/show/9303174-thus-spake-sri-krishna trus dibaca :D

Gimana, sudah mulai bosan dengan saya... :P Sampai ketemu di edisi selanjutnya :D Nih bonus..... -->


Memotret Orang Yang Sedang Memotret Orang (Zoom in)

MENGINAP DI YOGYAKARTA IV

SELAMAT DATANG DI KOMPLEKS CANDI PRAMBANAN


       Apa yang membedakan naik bus pariwisata dan bus BTY...? Banyak sekali :D dari halte pertama di terminal Giwangan kami sudah diajak menelusuri jalan-jalan yang tidak akan dilintasi jika kami naik bus pariwisata. Dari jalan kecil kembali ke jalan-jalan utama, masuk lagi ke jalan-jalan kecil, dan satu lagi yang membuat kami merasa sangat nyaman adalah kami bisa berinteraksi dengan penduduk lokal di luar kegiatan pariwisata, sedikit banyak bisa tahu karakter penduduknya, kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan, jadi merasa tidak ada bedanya seperti saat naik angkot di kota sendiri :D (trust me its true). Tujuan pertama kami adalah mengunjungi komplek Candi Prambanan atau sering disebut juga dengan Candi Sewu atau Candi Rara Jonggrang. Mau tahu dongeng asal mula penamaan Candi Sewu atau Candi Rara Jonggrang pada candi ini? (Sepertinya akan panjang.....:)
       Kami sampai di halte terakhir yang berada didepan pasar Prambanan, dari pasar itu kami sudah bisa melihat pagar hijau yang mengelilingi komplek candi di seberang jalan, waktu itu masih sekitar pukul 06.30-an dan saat itu juga kami baru kepikiran tentang jam berapa bukanya ini candi? Kami pun sempat kebingungan yang mana pintu masuknya >_< Kami jalan cukup jauh dari halte hingga akhirnya ketemu juga pintu masuknya dan ternyata sudah bisa dikunjungi syukurlah heheheheheee... :D



Pasar Prambanan

Mana ini pintu gerbangnya... >_<

Masih jauh neng... >_<

Istirahat dulu hehehehe... :D

Semangat tinggal dikit lagi... :D

Akhirnya ketemu juga Garba Agengnya... :D

        Baiklah yuk disimak... :D Nama resmi candi ini adalah Candi Prambanan (sesuai dengan daerah di mana candi berada, seperti juga candi Singhasari), sedangkan nama Candi Sewu atau Candi Rara Jonggrang didasarkan dari cerita rakyat Rara Jonggrang. Sebenarnya siapa Rara Jonggrang itu? Apa kisah itu benar adanya..? Apakah benar....??? tingtong....... Sebelumnya kenalan dulu yuk sama mbak Rara Jonggrang.... :D


Arca Durga Mahesasuramardini di Candi Prambanan

      Lho kok...? ini siapa....? Durga Mahesasuramardini itu siapa? Mana Rara Jonggrangngya... >_< Oke... Mungkin ini yang disebut dengan kerancuan, ais bahasa apa itu... >_< Inilah yang dimaksud penutur cerita pertama dengan Rara Jonggrang, dikisahkan mbak Rara ini dikutuk menjadi batu oleh Bandung Bandawasa untuk menggenapi candi yang baru berjumlah 999 agar genap berjumlah 1000 seperti yang diinginkan mbak Rara (Seram gak..?) Dari pada kepanjangan ngetiknya klik ini saja ya hehehehe.... ( Klik: http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/151-Roro-Jonggrang# ). Sudah baca ceritanya...? Oke kita lanjut, kembali ke Laptop.... >_< Kalau menurutku sih... dongeng ini baru dituturkan jauh setelah masa Hindu-Buda berjaya di tanah Jawa, tepatnya saat kerajaan di Jawa sudah bercorak Islam. Kenapa? ya jelas sekali karena si penutur pertama ini tidak tahu nama arca yang sebenarnya sehingga menciptakan folklore Rara Jonggrang, ditambah lagi para lakon di dongeng tersebut tidak pernah ditemukan secara nyata dalam sejarah (namanya juga folklore >_<) Padahal Arca yang dimaksud sebenarnya adalah arca Durga Mahesasuramardini, nah siapa lagi itu...??? Durga adalah salah satu dewi agama Hindu dengan ciri khas memiliki delapan tangan yang memegang berbagai macam senjata, ekspresi mata mengancam (melotot >_<) dan sedang menginjak ataupun menduduki seekor sapi, gampang sekali dikenali kan :D Sebenarnya nama aslinya Dewi Uma karena sebuah peristiwa jadilah ia bernama Durga lalu dapat gelar Mahesasuramardini karena berhasil menaklukan siluman sapi yang bernama Mahesasura :D Selanjutnya klik ini saja ya (Klik: http://artkimianto.blogspot.com/2010/09/dewi-uma.html Klik: http://caritawayang.blogspot.com/2013/02/durga-batari.html) (semoga tidak bosan membaca >_<)  Ini dua versi tentang perubahan wujud Dewi Uma menjadi Dewi Durga, sebenarnya banyak sekali versinya, dan dua versi dari dua link tersebut tidak ada yang aku suka >_< Sebenarnya ada satu versi lagi yang jadi perhatianku (maksudnya suka >_<) tapi berhubung pakde Google tidak punya ya sudah kuketik sedikit  deh di sini >_<
        Dikisahkan Dewi Uma adalah dewi yang cantik jelita, ia merupakan istri dari dewa Siwa. Sehari-hari ia menempati istana di Suralaya Jonggring Salaka (Jadi nama kawah di puncak gunung Semeru). Ia juga merupakan dewi utama yang diupacarai dalam agama Hindu. Ia digambarkan sebagai seorang istri yang begitu setia kepada suaminya, hingga suatu ketika muncullah keinginan dewa Siwa untuk menguji kesetiaan istrinya >_< Untuk itu pergilah dewa Siwa dari istananya dan bersemadi disebuah tempat penyepian, begitu lama hingga bertahun-tahun dewa Siwa bersemadi hinga menimbulkan rindu yang begitu menyakitkan bagi dewi Uma, di saat rindunya sudah tak tertahankan lagi ia memutuskan untuk menyusul suaminya itu ke tempat penyepiannya (Inilah ujian kesetiaan yang pertama >_<) Untuk sampai ke tempat yang dimaksud, dewi Uma harus menyebrangi sebuah sungai yang besar, ia pun galau karena tidak bisa menyebrang, akhirnya ia bertemu dengan seorang tukang sampan (beserta sampannya) dan meminta tolong padanya untuk diantarkan ke seberang sungai. Melihat kecantikan dewi Uma si tukang sampan ini jadi kepingin (xxxxx) timbullah niat jahat, si tukang sampan itupun bersedia menyebrangkan dewi Uma dengan  tubuhnya sebagai ongkos (waduh! >_<) Dewi Uma pun semakin galau hatinya, ia harus memilih antara (xxxxx) tapi ketemu suami atau nggak (xxxxx) tapi juga nggak ketemu suami dan nggak bisa (xxxxx) nah loh...!!! >_<


Komplek Candi Prambanan yang asri

      Bersambung dulu lah sampai disini, biar penasaran sama kelanjutan ceritanya... (Alasan lagi! >_<)