Selasa, 09 Desember 2014

SOWAN KE TROWULAN VII

   
        Tibalah saatnya kunjungan ke pendopo agung dan museum, di entri kemarin sudah sedikit saya infokan kalau waktu itu ada acara besar di Trowulan. Yap! rupanya hari itu adalah hari jadi Majapahit ke 719 yeaahh... ^.^) Acara ini bukan hanya memperingati hari jadi saja, tapi merupakan ajang rekonsiliasi dua kerajaan yaitu Majapahit dan Padjajaran. Rekonsiliasi ini terkait perang Bubat yang terjadi sekitar tahun 1357 masehi/ 1279 saka pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.



    
      Sedikit kisah tentang perang Bubat, diawalai saat Hayam Wuruk ingin memperistri Dyah Pitaloka putri dari kerajaan Padjajaran, selain terpikat oleh kecantikan Dyah Pitaloka, Hayam Wuruk dan Linggabuana (raja Padjajaran saat itu) ingin memperkuat satu sama lain lewat hubungan pernikahan. Gajah Mada sebagai patih yang saat itu sedang memegang sumpah palapa-nya melihat peluang untuk menjadikan kerajaan Padjajaran sebagai bawahan dan perluasan daerah kekuasaan Majapahit (tujuan sumpah palapa: Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati kesenangan duniawi sebelum berhasil mempersatukan nusantara di bawah kekuasaan Majapahit).




     Umumnya dalam pernikahan, pihak laki - laki yang mendatangi kediaman pihak perempuan tapi entah kenapa dalam pernikahan Hayam Wuruk - Dyah Pitaloka, pihak Padjajaran- lah yang datang ke Majapahit. Gajah Mada bertugas untuk menjemput rombongan pengantin ini di desa Bubat. Setelah kedua pihak bertemu, Gajah Mada mengutarakan niatnya kepada Linggabuana untuk menyerahkan Dyah Pitaloka sebagai selir, bukan istri (permaisuri) dan meminta Padjajaran untuk mengakui kekuasaan Majapahit. Karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal, Linggabuana tidak menerima dan tentu saja terhina bukan main. Akhirnya iring-iringan pengantin ini berubah menjadi pertempuran antara Gajah Mada dengan pasukannya dan iring-iringan pengantin dari Padjajaran. Karena kalah jumlah dan persiapan, tentu saja pihak Padjajaran kalah total. Seluruh rombongan terbunuh termasuk Linggabuana, sedangkan permaisuri dan Dyah Pitaloka bunuh diri di tempat. Sementara di kotaraja, Hayam Wuruk bukan main kagetnya saat menerima kabar pertempuran di Bubat dan menyusul ke sana.
    


     Semenjak peristiwa itu hubungan antara Majapahit dan Padjajaran memburuk, gelombang kebencian atas penghinaan Majapahit makin menjadi dan berakhir dengan perang dingin berkepanjangan. Bahkan sampai saat ini pernikahan antara lelaki suku jawa dengan perempuan suku sunda masih dianggap pamali dan tidak boleh dilakukan. Perasaan saling tidak menyukai dan saling ejek masih terasa hingga sekarang (menurut saya sih) dari mulai mengajukan usul penamaan provinsi jawa barat menjadi provinsi sunda, dan seringnya orang-orang sana menjuluki jawa tengah dan jawa timur sebagai "jawa", tentunya sering kita mendengar istilah "pulang ke jawa" atau "pergi ke jawa" bila seseorang hendak berpergian dari jawa barat ke jawa tengah maupun jawa timur (>.<) see sakit hati itu masih ada, seperti sudah mendarah daging di setiap generasi :(
   





    Keadaan ini juga disadari oleh pihak - pihak terkait, karena generasi raja - raja juga masih memegang trahnya hingga saat ini (baik trah Padjajaran dan Majapahit) maka di hari jadi Majapahit ke 719 lembaga adat keraton padjajaran dan the sukarno center (pemangku kerajaan Majapahit saat ini yang berlokasi di Gianyar) mengadakan pertemuan dalam bentuk upacara yang disebut dharmasiksa. Dharmasiksa sendiri adalah nama dari kakek raden Wijaya, beliau adalah raja Padjajaran di era kerajaan Singhasari masih berkuasa. Jadi sebenarnya pendiri Majapahit adalah hybrid dari suku jawa dan sunda, baca jawa timur dua dan jawa timur tiga. See... Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk bersaudara, trah Majapahit bersaudara dengan trah Padjajaran, oleh karena itu perang bubat tidak selayaknya terjadi :(


SUMBER

SUMBER

      Upacara dharmasiksa merupakan rangkaian upacara simbol perdamaian disertai rasa saling memaafkan dan menghormati di antara kedua pihak atas terjadinya perang bubat di masa lampau. Yang menjadikan momen ini lebih istimewa lagi adalah kehadiran raja dan ratu kerajaan maupun kesultanan se - Indonesia.

SUMBER.

      Pendopo agung saat ini dipercaya sebagai lokasi pendopo Majapahit di masa lalu, letaknya tidak jauh dari museum dan kolam segaran, cukup jalan kaki beberapa menit dari jalan utama Mojokerto - Jombang. Saya suka sekali dengan tempat ini, suasananya sejuk, terlebih saat itu sedang dihias dan bersih, jadi makin betah rasanya :D sayang toiletnya tidak menyediakan kakus, jadi hanya bisa dibuat BAK dan mandi saja. Tempat parkir ada di sisi kanan pendopo, luas sekali dan sebagian jadi lahan pedagang dadakan. Memiliki dua gapura berbentuk candi bentar, dua gapura ini dihubungkan dengan seruas jalan aspal yang kanan kirinya merupakan halaman luar berupa pekarangan luas dengan beberapa pohon (pada saat itu halaman depan dijadikan tempat parkir khusus tamu undangan). Setelah masuk ke gapura kedua, kita akan disambut oleh patung raden Wijaya, patung dada Gajah Mada dan sebuah bangunan berupa joglo yang lumayan besar.





       Kami sempat berkeliling bangunan pendopo beberapa kali sebelum tamu-tamu penting datang hehehe... duduk-duduk di karpet yang sudah digelar, melihat-lihat ornamen, alat-alat upacara, panitia dan penari-penari yang sibuk berdandan di belakang pendopo, mengabadikan diri di setiap sudut, leyeh-leyeh melepas lelah setelah berkeliling ke situs-situs sedari pagi. Setelah beberapa rombongan datang dan prosesi mulai dilakukan, kami tetap saja duduk-duduk di situ, tanpa menyadari kalau ternyata tempat sudah disterilkan dari pengunjung umum sejak tadi, pantesan sepi uahahahahaaa... tapi kok tidak ada yang menegur ya hahahaaa mungkin waktu itu sosok  kami tidak terlihat (>.<)




       Di bagian belakang pendopo ada sebuah pagar dengan relief yang menceritakan pembangunan keraton Majapahit di masa raden Wijaya, berikut daftar nama raja-raja yang berkuasa dari awal hingga akhir. Di balik pagar ini kita akan menemukan halaman belakang yang rimbun oleh pepohonan dan terasa agak gimana gitu... kata orang jawa istilahnya singup (~.~)




     Setelah puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke museum dan kolam segaran. Sebenarnya ingin sekali melihat prosesi di pendopo agung, tapi karena acaranya tertutup jadi ya tidak bisa :(

Oke deh entri selanjutnya membahas tentang museum dan kolam segaran :D
Terimakasih sudah membaca... Semoga bermanfaat... :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar