Sabtu, 19 September 2015

MENGINAP DI YOGYAKARTA VIII


      Kami bangun hanya beberapa menit sebelum adzan magrib terdengar, ternyata kami benar-benar capek, saya malah merasa agak pusing dan demam walah... tapi demi semangat malam minggu, rasa sakit dan lelah pun hilang seketika wkwkwk (>.<) Kami keluar hotel setelah magrib, tempat pertama yang dicari adalah lesehan, kesalahan waktu itu adalah kami belum paham dengan keberadaan angkringan. Karena harga di lesehan-lesehan malioboro terbilang tidak bersahabat dalam soal harga dan rasa. Tapi yang membuat menarik adalah para pengamennya. Mereka bermusik juga sambil lesehan, setara dengan tamu yang menjadi sumber pendapatan mereka, ini yang disebut dengan kerendahan hati :D (saya jadi sebal kalau ingat perangai pengamen-pengamen sepanjang jalur bis umum di Banyuwangi) Selain pengamen juga ada yang menawarkan jasa karikatur dilukis di tempat, dan bisa selesai sebelum pesanan makanan datang, saya lihat cukup banyak yang menggunakan jasa ini selama di lesehan.

LESEHAN MALAM HARI (sumber)

      Setelah makan kami berencana menyusuri jalan malioboro dan hunting pernak-pernik, tapi kok malah tertarik untuk melakukannya sambil naik dokar wahaha, jadi kami coba tawar menawar dengan salah satu pak kusir. Pak kusir pertama memberi tarif 50ribu per/orang, whaat...? oke kami langsung cancel, itu terlalu tidak masuk akal wkwkwkk... Oke beralih ke lainnya, pak kusir kedua pasang tarif 60ribu, whaaat...?! lebih tidak masuk akal lagi, rupanya pak kusirnya ikutan bingung dengan ekspresi kami lalu bertanya lagi, "Berapa orang toh yang mau naik mbak?" Saya jawab, "Kami berdua saja pak". "Ya sudah mbak silahkan, 60ribu ya jadinya?". "Loh 60ribu sudah berdua ini?" "lah iya mbak dikiranya satu orang 60ribu toh?" walaaahhh..... wkwkk kirain (>.<)

DOKAR/DELMAN MALIOBORO (sumber)

     Jadilah kami naik dokar ini keliling Malioboro, rutenya dari Malioboro - Keraton - alun-alun - pusat dagadu - pusat bakpia patok (di sini berhenti) - karena Malioboro jalan satu arah, jadi pulangnya lewat jalan lain yang saya nggak tahu namanya wahaha... pokoknya kembali lagi ke Malioboro dan berhenti di tempat kami naik tadi. Lumayan jauh juga rutenya gak rugi lah bayar 30ribu per-orang. Dokar di sini punya semacam kerjasama dengan beberapa gerai bakpia patok dari berbagai merk. Jadi setiap mereka membawa penumpang akan otomatis diberhentikan dulu di gerai rekanannya. Kebetulan pak kusir yang mengantar kami ini berafiliasi dengan bakpia patok 25. Sebagai imbalannya, pak kusir akan dapat upah dari gerai bakpia entah berapa rupiah.


MALIOBORO MALAM HARI (sumber)

      Menikmati suasana Malioboro dengan naik dokar sungguh menyenangkan sekali, kami tidak berhenti tertawa sepanjang jalan mengingat kenekatan kami datang kemari wahahaha... masih seperti mimpi rasanya, masih tidak percaya kalau malam itu kami berada di sana wkwkwkk (>.<) Karena memang saat itu malam minggu, suasanaya jadi lebih ramai lagi, sepanjang jalan dipenuhi oleh pejalan kaki yang sebagian besar adalah pelancong, baik dari dalam maupun luar negeri. Ada lagi yang unik, di lampu merah dekat kantor pos besar banyak sekali hiasan - hiasan yang sengaja dipasang oleh seniman lokal, seperti patung - patung bayi yang berkejaran merangkak naik ke sebuah tiang di kanan kiri jalan dan di atas kami hihihi... so cute... (6.6)

MUSIK JALANAN YANG KHAS DI JOGJA (sumber)

     Setelah sampai kembali di malioboro, kami jalan pelan - pelan sembari melaksanakan niat berburu pernak-pernik, mbak Fina belanja banyak hihihi... saya mah cuma ngumpulin pernak-pernik mainstream seperti biasa hihihi (>.<). Di sudut-sudut lampu merah di Jogja atau di manapun, ada seniman-seniman lokal yang memainkan alat musik terbuat dari bambu (semacam rindik kalau di Bali) Begitu juga di Malioboro, kita akan menemukan pertunjukkan ini ramai di tonton pengunjung di sepanjang jalan. Musiknya terdengar etnik seolah menjadi "suaranya" Malioboro.
   
ANGKRINGAN (sumber)

      Tidak terasa sudah hampir pukul sembilan malam dan rupanya rasa lapar kembali datang, walah... perut sudah minta diisi lagi wahahaa... kali ini karena sudah tidak mau lagi beli di lesehan, akhirnya kami beli di salah satu angkringan dekat hotel, sayangnya lauk pauknya sudah habis dan masih menunggu pasokan lagi, untung ada penjual lalapan tepat di sebelahnya, dan harganya standar lalapan di Malang, walah tau begini tadi beli di sini juga hehehe... Sebelum kembali ke hotel, kami muter-muter dulu nyari rental komputer buat memindah foto dari camdig ke flash, soalnya sudah mau penuh, dengan tarif 5ribu, memori camdig kembali kosong untuk besok hihihi... (^.^). Tepat pukul 10 malam kami baru tiba di hotel, makan lagi sambil berhitung soal pengeluaran seharian itu. TV menyala sampai tengah malam, kami tertidur mengumpulkan lagi tenaga untuk petualangan besok... (^.^)

~Malam minggu di Malioboro~


Bonus >>> lihat rindik tabuh telu Warga Budaya versus  Tim Melbourne

ALAT MUSIK RINDIK BALI (sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar